Jumat, 06 Maret 2015

Perihal Cinta dan Tanggung Jawab




Bila kamu sudah menyatakan cintamu, dan menginginkan seseorang untuk dimiliki, itu sama artinya dengan
sudah siap untuk bertanggung jawab dengan perasaan cinta yang kamu punya untuk orang tersebut. Karena perkara berkata cinta bukanlah sekedar ungkapan 'I love you', melainkan disana akan ada banyak hal yang perlu untuk dipikul, dihadapi, dan dilakukan.

Maka sebelum mengatakan cinta, pikirkanlah bahwa yang mendengar akan merasa diberi sebuah harapan. Hmm.. bukan hanya sebuah, tapi banyak harapan. Harapan untuk dijaga hati dan tubuhnya, harapan untuk tidak disakiti atau diabaikan, harapan agar perasaannya tidak dipermainkan, harapan untuk bisa dipercaya.
Sebelum menyatakan keinginan untuk memiliki, pikirkanlah bahwa yang mendengar adalah anak dari orang tua yang susah payah merawat dan membesarkannya hingga semenarik ini untuk kau inginkan. Sudah siapkah mencintai orang yang begitu tidak ingin terlukai oleh keluarganya? Karena dia pasti begitu berharga. Jika tidak, mana mungkin kau sangat berharap ia bisa dimiliki olehmu.

Tunggu, ini bukan hanya menyangkut orang yang menyatakan, melainkan menyangkut orang yang menerimanya pula.
Bila kamu menerima cintanya, itu artinya kamu sudah siap untuk melakukan tanggung jawab yang sama pula yang ada pada dirinya. Bukankah banyak dan besar tanggung jawabnya dalam mencintai ?
Tanggung jawab untuk bersabar menghadapi dan menunggu,
tanggung jawab untuk menerima kekurangan,
tanggung jawab untuk mencegah airmatanya menetes karena terluka,
tanggung jawab untuk pedulikan apapun yang berkaitan dengannya.

Ya memang, kadang kita tidak mengerti mengapa cinta harus diuji bertalu-talu hingga kadang membuat diri sendiri ragu untuk tetap meneruskan. Menyadari ketersiksaan diri menahan amarah, ego, dan sakit yang mencengkram dada demi tanggung jawab dalam mencintainya.
Rasanya seperti ingin mencari jurang lalu menepikan diri disudutnya, bersiap mengambil langkah untuk menjatuhkan diri kedalamnya, ketimbang untuk tetap berada diarah yang sama dengan pasangan kita yang mungkin juga kadang
merasakan penat yang sama.

Namun, ingatkah bahwa apa yang mudah didapatkan hukumnya akan mudah dilepaskan?
Apa yang mudah dijalani akan mudah diakhiri?
Apapun yang nampak dipelupuk mata atau apapun yang dirasakan sesaat kadang itu bukanlah hal yang sebenarnya. Semua sekedar goyahan keyakinan akan pilihan dan intrik hidup untuk menguji diri.
Teruskanlah jika kamu merasa harus diteruskan, berundurlah langkahmu jika kau meragu, berhati-hatilah jika ingin selamat menuju awal yang baru dari sekian lama tanggungan hatinya dan hatimu. Sebab resiko bukanlah sesuatu yang dapat dihapuskan, ia hanya dapat dikawal.

Kita lah yang bersuka rela menanggung jawab-i semua liku perjalanan. Bertolak unsur, dan memberi sedikit ruang untuk mengalah bukan berarti lemah dalam melangkah. Ini bukan soal siapa yang terkuat atau siapa yang terhenti langkahnya.
Jika mengibaratkan perang, kita berdualah yang bertempur dengan kepala batu sebagai senjata andalan.
Padahal kemenangan seutuhnya adalah milik berdua bila mampu mengutuhkan jalinan, untuk tidak lupa tanggung jawab saling menjaga.

Betapa manisnya suatu hubungan, bila masing-masing mampu mengerti akan tanggung jawab akan cinta itu sendiri.
Indah, bila dilalui dengan bersama-sama menggenggam tangan yang erat tanpa ada sesal untuk jalan yang tak selalu lurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar