Rabu, 11 Maret 2015

The Power Of 'Bersyukur'

Seorang teman mencurahkan kegundahannya tentang kekasihnya yang pamit pergi untuk mencintai wanita lain. Tersedu-sedu menangisi berpalingnya sang pria. Ia merasa ia sudah yang paling cantik dan sempurna untuk lelaki itu. Padahal dengan mata telanjang, aku sebagai teman tau betul bagaimana perlakuan yang kekanak-kanakan terhadap kekasihnya.
Seringkali mengeluh dan menumpahkan amarah padaku hanya karena ketidakmampuan si pria yang belum mapan memenuhi keinginan duniawi. 
Tidak pernah merasa cukup dan puas akan apa yang ada didiri pasangannya. Tidak menganggap arahan dan nasehat lelaki itu sebagai perhatian melainkan beban akan kebebasannya semata. Padahal dari kacamataku sebagai wanita, ia sudah cukup berusaha membahagiakan temanku dengan cara yang berbeda.
Hingga pada akhirnya kurasa isi kepala pria itu sudah penuh dengan kepenatan. Ketidaksanggupannya menghadapi temanku sudah tiba dibatasnya hingga ia melangkah pergi untuk mendapatkan yang lebih menghargainya.
Kini aku hanya bisa bertindak dan berujar seperti layaknya seorang teman, tanpa mengucapkan kata selain "semoga semua ini bisa diambil hikmahnya".

Dari pengalaman ini bisa membuaku lebih berpikir kritis.
Jika malas mendengarkan pasanganmu memberikan pendapat atau pertanyaan tentangmu, ingatlah ada yang tidak pernah merasakan semua itu dari orang yang dicintainya.
Bersyukurlah ada yg peduli terhadapmu. Bahkan bila ia memprioritaskanmu diatas kepentingan lainnya. Menomorsatukanmu diatas segalanya. Tidak pernah lalai mengingatkan kelalaianmu. Tidak pernah lelah menghadapi kekuranganmu. Meski kadang yang dilahirkan dari mulutmu mengiris kupingnya, tingkahmu membuat relungnya tertusuk, tiada jera bersabar untuk bersamamu.
Lihatlah, ada yang bisa membuatmu berharga selain materi,bukan?

Kadang kita membuat standar kebahagiaan itu dari hal-hal besar padahal dimana ada rasa syukur sekecil apapun disana akan ada bahagia lebih dari yang kita duga.
Bahagia itu tersamarkan oleh ketidakpuasan dan keluhan.

Kita sebagai manusia seringkali lupa diri, tidak menyadari apa yang tuhan sandingkan untukmu saat ini sudah jadi bagian yang paling tepat untuk dijaga. Hal buruknya lebih sering diperhatikan, hal baiknya lebih sering diabaikan.
Terbuai akan mendalamnya perasaan seseorang disisimu terkadang membuatmu lupa untuk merawat dan menjaganya. Bila suatu waktu tuhan memisahkanmu dengannya, kau malah menyalahkan pihak lain seolah seperti belati yang menghujam lalu kau terluka. Padahal acapkali kitalah yang sering ceroboh dalam memperlakukan. Kitalah yang menancapkan ujungnya ke tubuh kita sendiri.

Sejatinya cinta akan semakin kuat bila kedua hati senantiasa saling bersabar dan menyabarkan diri. Sesungguhnya kasih sayang akan semakin ingin tercurah bila ada kebersyukuran yang tak pernah habis. Tak membuat celah untuk mencela, tak membiarkan perbandingan yang belum tentu lebih baik, masuk untuk mengusik. 

Dan seandainyapun semua masih tak cukup untuk membuatmu dan dia saling bertahan hingga pada akhirnya salah satu meninggalkan, maka takkan ada penyesalan. Karena saat masih ada kebersamaan, kamu telah mengusahakan kesempurnaan dan perlakuan yang terbaik untuknya dan hubungan.
Aku selalu percaya, bukan pada karma, melainkan kaffarah. Bahwa apa yang ditanam sama dengan apa yang akan kita petik nantinya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar